Pembinaan Kemitraan Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Komunitas Peduli Sungai

Pada hari Selasa, 20 Oktober 2020 Balai Besar Wilayah Sungai Citarum mengadakan kegiatan Pembinaan Kemitraan Pemerintah – Perguruan Tinggi – Komunitas Peduli Sungai di Oxbow Dara Ulin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan mengundang Sekretariat Pokja Revitalisasi GN-KPA.

Acara pembukaan disampaikan oleh Bapak Joko Ahmad Salim, ST, MT selaku Kabid OP Sumber Daya Air BBWS Citarum. Beliau menyampaikan bahwa Sungai Citarum memiliki fungsi strategis dan sangat penting bagi hidup dan kehidupan di wilayah Jawa Barat. Namun pada sisi lain saat ini menghadapi berbagai masalah, antara lain kerusakan lahan di kawasan hulu, budaya masyarakat yang masih sering membuang sampah di sungai, sehingga memperburuk kondisi kualitas air sebagai dampak pencemaran, pola budidaya petani di kawasan hulu yang tidak mengedepankan konservasi, pemanfaatan ruang perairan yang tidak terkendali masyarakat tinggal di sempadan sungai, berkembangnya gulma di perairan sungai, serta penurunan keragaman hayati terutama ikan serta ekosistem lainya di sungai citarum.

Beliau menambahkan, Ekosistem di wilayah sungai Citarum merupakan tempat habitat beragamnya ikan baik jenis ekonomis (nila, emas, patin, bawal) serta ikan endemik juga biota-biota air lainya, yang membentuk sistem rantai makanan di dalamnya. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional- Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) antara lain terbangunnya kapital Sosial yaitu masyarakat sebagai pelaku utama dalam GN-KPA. Keadaan itu diwujudkan melalui rehabilitasi lahan dengan terasering dan penghijauan, menjaga sempadan di wilayah OXBOW dara ulin yang berada di dua wilayah kabupaten Bandung serta kota Cimahi, peran pemerintah melalui kementerian PUPR BBWS Citarum dan komunitas peduli sungai serta akademisi, masyarakat sangat penting dalam menjaga dan menata sempadan sungai.

Begitu juga dalam paparan Bapak Ir. Sumudi Kartono, Sp1 dari Sekretariat Pokja Revitalisasi GN-KPA Kementerian PUPR, dalam paparannya beliau mengutarakan pentingnya konsep pola kerjasama yang harus dibangun dalam mewujudkan terkait kolaborasi, kedudukan, kekuatan sebagai panduan implementasi GN-KPA untuk dapat menguraikan lebih rinci prosedur dan mekanisme koordinasi, agar aksi dan pelaksanaan di lapangan dapat dipadukan dengan baik. Di seluruh Indonesia sedang berupaya secara komprehensif dan terpadu dalam penyelamatan air dan sumber daya air demi keberlanjutan generasi mendatang. Gerakan ini dilatarbelakangi kesadaran telah terjadinya perubahan drastis tutupan lahan sumber daya air (SDA) tampak pada tingkat kritis.

Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi lahan dan penghijauan,serta inovasi teknologi tepat guna merupakan keharusan yang dilakukan oleh Citarum Harum wilayah sektor 8 yang dikomandani oleh Bapak Kolonel Bellyuni menyampaikan amanatnya, menjaga sungai membutuhkan kerjasama yang harus sejalan, dimana masyarakat ikut terlibat secara langsung karena mereka yang mendapatkan manfaatnya ketika tinggal di wilayah itu. Citarum merupakan sungai strategis di jawa yang mengalir dari hulunya di wilayah kertasari di Kabupaten Bandung, dan bermuara ke laut jawa di muara gembong yang kurang lebih sepanjang 200 km. Disamping itu sungai citarum dimanfaatkan sebagai sumber pertanian, perikanan, perkebunan, yang paling penting sebagai sumber air minum masyarakat sampai ke wilayah DKI Jakarta.

Kegiatan GN-KPA di tahun 2020 ini dilakukan bertepatan dengan hari santri nasional pada tanggal 22 oktober 2020, dengan melibatkan peran pesantren dalam mendukung secara langsung pengawasan kondisi OX BOW Dara Ulin berdekatan dengan pondok pesantren Hidayatul Hikmah di Desa Gajah Mekar yang berdekatan dengan Sungai Citarum.

Dalam rangkaian kegiatan ini ada beberapa komunitas yang terlibat yang tergabung dalam wadah TKPSDA (Tim Koordinasi Pengeloaan Sumber Daya Air) di wilayah sungai Citarum, Bapak R. Yayat Yuliana, SE,.MM. (PPK OP SDA, BBWS Citarum) dalam diskusinya menyampaikan pentingnya pengelolaan OXBOW Dara Ulin oleh komunitas dan masyarakat merupakan bagian dari sifat yang ditanamkan secara kultur budaya sunda dengan “ URUS LEMBUR, AKUR JEUNG DULUR, PANJEG DINA GALUR “ atau melakukan segala sesuatu dengan gotong royong sesuai dengan kondisi ekosistem pendukungnya, hal ini sebagai upaya menguatkan sinergitas antara pemerintah, komunitas, akademisi, masyarakat secara berkelanjutan dalam menjaga kondisi sungai citarum.

Kontributor : Citarum